PWNU Kalsel Tegaskan 100 Persen Netral di PSU

Print Friendly, PDF & Email
Ketua PWNU Kalsel H. Nasrullah AR, S.Pdi., SH., M.H. didampingi pengurus/Poto IST

 

SUAKA – BANJARMASIN, Semakin mendekat hari Pemungutan Suara Ulang (PSU) Pilgub Kalsel 2020, jagat media sosial lagi-lagi dihebohkan dengan beredarnya foto atau meme yang memuat gambar Petahana, H. Sahbirin Noor, disertai dengan lambang Nahdlatul Ulama (NU). Dalam foto tersebut berisi himbauan dari NU untuk memilih Sahbirin yang ditulis sebagai Mustasyar NU Kalsel.

Beredarnya foto ini sontak menuai berbagai respon, dalam diskursus kalangan NU sendiri tak sedikit pihak yang menanyakan kebenarannya dan men ayangkan. Apakah benar NU mendukung pasangan calon dalam PSU Pilgub Kalsel 2020? Karena selama ini NU selalu menjadi wadah organisasi Islam yang netral dan tidak pernah mau terseret politik praktis secara kelembagaan.

“Pertama, anggaran dasar NU sejak awal menyatakan tidak boleh NU terlibat dalam politik praktis, seperti mendukung calon bupati, calon gubernur, calon legislatif, DPD RI, dan lain sebagainya. Lambang NU sejatinya tidak boleh ditarik ke dalam kegiatan kampanye yang mendukung salah satu pasangan calon. Itu sudah jadi keputusan para alim ulama sejak NU tidak lagi menjadi partai politik.” Jawab H. Nasrullah A.R., SPd.I., SH. MH. Ketua PWNU Kalimantan Selatan.

Baca Juga:  Wakil Bupati Andi Rudi Latif Hadiri Pembacaan Ijazah Sanad Kitab

Ketua PWNU Kalsel ini kemudian menceritakan beberapa tokoh politik yang memegang teguh prinsip tidak menyeret NU secara kelembagaan ke dalam ranah politik praktis.

Seperti ketika Prof. KH Ma’ruf Amin mencalonkan diri sebagai Wakil Presiden RI, yang bersangkutan mundur dari Rais Aam PBNU. Ada juga Bapak Rudy Arifin, Sultan Khaerul Saleh, Fauzan Saleh, semuanya ketika mencalonkan diri tidak menggunakan lambang NU secara kelembagaan dalam kampanye. Artinya secara kelembagaan NU sangat dijaga dari terlibat dalam politik praktis.

“Secara kelambagaan, NU 100% netral. Namun bagi jamaah NU yang ingin mendukung pasangan calon, tentu sangat dipersilahkan. Pilihlah calon pemimpin sesuai dengan hati nurani kita masing-masing. Asalkan tidak mengatasnamakan NU secara kelembagaan.” Ucap Nasrullah.

Beliau menyampaikan, jika NU terlibat dalam politik praktis, apalagi hanya untuk PSU di 7 Kecamatan, maka itu akan sangat mengecilkan peran NU. Padahal NU sendiri mengemban kewajiban untuk menyebarkan Islam sebagai rahmatan lil alamin untuk perdamaian dunia dan akhirat.

“Jadi silahkan warga NU menggunakan hati nurani masing-masing dalam memilih, tentu kita berharap akan terpilihnya pemimpin dengan akhlakul karimah, taat agama dan beribadah, taat bernegara, serta memiliki budi pekerti yang baik.” Pungkas Nasrullah. (Red)





Baca Juga:  H. Sudian Noor Hadiri Haul KH Mahfuz Amin di Majelis Ta’lim Al Khairaat

Tinggalkan Balasan

Scroll to Top