Haidar Alwi Dukung Jokowi Terkait Kemungkinan Tak Perpanjang Izin FPI

Print Friendly, PDF & Email

PENGGIAT anti radikalisme Haidar Alwi setuju dengan sikap presiden Joko Widodo (Jokowi) yang kemungkinan tidak akan memperpanjang izin Front Pembela Islam (FPI) sebagai organisasi masyarakat (Ormas).

“Tentunya pemerintah punya banyak pertimbangan jika kemungkinan FPI tidak diperpanjang izinnya sebagai Ormas. Saya mendukung sikap pak Jokowi itu,” kata Haidar Alwi Senin (29/7/2019).

Menurutnya, setiap Ormas harusnya selaras dengan ideologi bangsa, Pancasila. “Jika tidak sejalan pemerintah bisa membubarkannya”.

Haidar menambahkan, bangsa ini telah memiliki Perppu No.2 tahun 2017 tentang Organisasi Kemasyarakatan yang secara tegas menyatakan bahwa setiap ormas tidak boleh bertentangan dengan Pancasila dan UUD 1945. Perppu tersebut juga menyebutkan setiap ormas dilarang melakukan tindakan permusuhan terhadap suku, agama, ras, atau golongan.

Ormas juga dilarang melakukan penyalahgunaan, penistaan, atau penodaan terhadap agama yang dianut di Indonesia. Selain itu, ormas dilarang melakukan tindakan kekerasan, mengganggu ketenteraman dan ketertiban umum, atau merusak fasilitas umum dan fasilitas sosial; dan/atau melakukan kegiatan yang menjadi tugas dan wewenang penegak hukum sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Baca Juga:  Limbah Pabrik Karet PT Karya Sejati Kapuas Cemari Lingkungan

Sebelumnya, Presiden Jokowi membuka kemungkinan pemerintah untuk tak memperpanjang izin FPI) sebagai Ormas. Hal itu diungkapkan Presiden Jokowi dalam wawancaranya dengan Associated Press (AP), Jumat (27/7/2019), yang dipublikasikan pada Sabtu (27/7/2019).

Izin ormas FPI terdaftar dalam SKT 01-00-00/010/D.III.4/VI/2014. Adapun masa berlaku SKT FPI, yaitu sejak 20 Juni 2014 sampai 20 Juni 2019.

“Ya, tentu saja, sangat mungkin. Jika pemerintah meninjau dari sudut pandang keamanan dan ideologis menunjukkan bahwa mereka tidak sejalan dengan negara,” kata Jokowi kepada AP, sebagaimana dilansir dari VOA pada Minggu (28/7/2019).

Jokowi mengatakan, pada dasarnya pemerintah akan bekerja sama dengan kelompok-kelompok Islam selama pandangan mereka tidak melanggar ideologi negara.

“Jika sebuah organisasi membahayakan negara dalam ideologinya, saya tidak akan berkompromi,” katanya.

Dalam wawancara tersebut, Jokowi ingin Indonesia dikenal sebagai negara yang moderat.

Menurut Jokowi, hal ini merupakan salah satu yang akan dipertimbangkannya dalam kepemimpinan periode keduanya lima tahun mendatang.

“Dalam lima tahun ke depan saya tidak memiliki beban politik. Sehingga dalam membuat keputusan, terutama keputusan penting bagi negara, menurut saya itu akan lebih mudah. Hal-hal yang sebelumnya tidak mungkin, saya akan membuat banyak keputusan tentang itu dalam lima tahun ke depan,” kata Jokowi. (red)





Baca Juga:  Anggota Koperasi sawit Mandiri Mengharap Perlindungan Hukum Atas Lahan Yang Dikuasai

Tinggalkan Balasan

Scroll to Top