Hasil Survey, Remaja Putri Banjarmasin 65% Tidak Perawan

Print Friendly, PDF & Email

Hasil investigasi dan survei Lembaga Pemerhati Masyarakat “LEMPEMA” dari tahun 2014-2016 bahwa ternyata 65% remaja putri di Banjarmasin pernah melakukan hubungan seks pranikah alias tidak perawan lagi. Sedangkan pada remaja pria, data angka persentasenya sedikit lebih besar lagi. 

Kesucian bukan sesuatu yang begitu berharga bagi beberapa remaja putri masa kini. Sementara, mahkota keperawanan sia-sia direnggut sang pacar hanya karena rasa cinta yang berlebihan dan itu pula yang tidak menutup kemungkinan dapat menjerumuskan ke lembah prostitusi.

Survei Lembaga Pemerhati Masyarakat “LEMPEMA” pada 2014-2016 selama 2 tahun patut dicermati. Sebanyak 65 persen pelajar SMP/MTs, siswi SMA/SLTA/MA, Mahasiswi dan remaja putri putus sekolah di Banjarmasin, mengaku pernah berhubungan seksual. Data itu diperoleh dari 700 responden yang diwawancarai pihak Lembaga Pemerhati Masyarakat “LEMPEMA”. Ke-700 sampel tersebut terdiri dari 200 Pelajar SMP/MTs, 200 siswi SMA/SMK/MA, 200 mahasiswi, dan 100 remaja putri putus sekolah.

Terlepas dari perdebatan soal itu, sesungguhnya memang sudah menjadi pengetahuan umum bahwasanya di zaman sekarang ini yang disebut sebagai seks pra nikah itu sudah sering dilakukan oleh siswa/i Sekolah Menengah Pertama sampai mereka para tingkat mahasiswa/i Perguruan Tinggi.

Baca Juga:  Bersama Masyarakat Banua H. Gusti Farid Hasan Aman Silaturahmi Serta Halal Bihalal

Hal demikian boleh dikatakan dampak dari kemajuan teknologi sekarang yang sudah super canggih dengan era globalisasi perkembangan zaman. Dan sudah menjadi kebiasaan umum para remaja saat ini sudah memiliki handphone di saku nya. Karena dengan alat telekomunikasi tersebutlah yang disalah gunakan oleh mereka merupakan salah satu penyebab mereka sampai melakukan hubungan seks diluar nikah.

Dari hasil wawancara TIM Survei Lembaga Pemerhati Masyarakat (LEMPEMA) dengan mereka, yang mengakibatkan mereka itu sudah tidak perawan lagi adalah :

  1. Kurangnya Penanaman Pendidikan Agama sejak dini hingga ke tingkat di perguruan tinggi;
  2. Kurangnya Perhatian Orang Tuanya;
  3. Akibat Terlalu Dini Pacaran;
  4. Akibat Pergaulan Bebas;
  5. Faktor Ekonomi.

Dari 700 responden itu 80% dari mereka itu mengaku melakukan aktivitas seks pra nikahnya tersebut dengan menggunakan metode coitus interupt. Sedangkan selebihnya yang 20% mengaku melakukannya dengan menggunakan alat kontrasepsi.

Mengenai tempat mereka melakukan aktivitas seksnya tersebut, 50% mengaku melakukannya di tempat kos teman pria partner seksnya. 20% di tempat kosnya sendiri, 25% mengaku di losmen atau hotel kelas melati. 5% di tempat-tempat lainnya, rumah sendiri, tempat wisata.

Baca Juga:  Sejarah Suku Dayak dan Suku Banjar, Bermula Kakak Beradik yang Cerdas dan Jago Berkelahi

Sungguh sangat disayangkan keperawanan remaja putri ini hilang sia sia (direnggut oleh laki laki yang tidak bertanggung jawab) , masa depan mereka masih panjang. Hal ini perlu perhatian serius dari orang tua dan pemerintah untuk bisa menaggulagi permasalahan ini. ***

 

Diterbitkan oleh: Media Online Suara Kalimantan

Sumber : Lembaga Pemerhati Masyarakat (LEMPEMA)





Tinggalkan Balasan

Scroll to Top